Selasa, 05 Januari 2016

Dialog Agama 2

Shallom bagi pembaca semuanya. Saat ini penulis akan meneruskan lagi tentang Dialog Agama 2. Seperti pernyataan sebelumnya bahwa pada kenyataan semua agama ketika berdialog mengarah ke satu tujuan :

INTINYA yang AGAMA ajarkan adalah memberi rasa takut karena SORGA / NERAKA dengan mengabaikan fakta-fakta hidup yang ada.
Sebab pada setiap dialog agama hanya selalu mengarahkan ke arah surga atau neraka sebagai tujuan akhirnya. Setelah pindah agama lalu diberikan seperangkat etika moral yang harus dilakukan dengan mengabaikan fakta-fakta hidup yang ada.
Ketika penulis ikut seminar saham dengan pembicara Lo Kheng Hong, yang dijuluki ' Warren Buffet Indonesia'. Ketika itu beliau ditanya tentang Ekonomi Makro dan kaitan dengan prospek saham di Indonesia. Beliau mengatakan bahwa lebih memperhatikan Ekonomi Mikro, karena itu yang menunjang kehidupan kita sehari-harinya.

Semua Agama terus menekan kita dengan konsep Sorga - Neraka ( Ekonomi Makro ) daripada apa yang dapat Tuhan lakukan dalam realitas hidup sehari-hari ( Ekonomi Mikro ). Penulis anggap ini kesesatan, pantas saja dosen-dosen agama menjadi sesat pikirannya karena dipusingkan dengan kehidupan sehari-harinya dan menjadi jahat dalam hatinya untuk menjegal orang demi uang dan gila hormat karena posisi di atas tapi hidup dalam kekurangan ( maju kena mundur kena ).
Pada masa-masa yang sukar sekarang ini seharusnya ditekankan pada apa yang dapat Tuhan lakukan dalam hidup kita, seperti penjagaan, perlindungan yang nyata kita rasakan, kesehatan yang benar-benar kita rasakan, keuangan yang bagus, doa-doa yang terjawab sehingga kita menikmati hidup dalam kasih Tuhan. Ini yang membawa kita dalam keteguhan iman untuk meyakini sorga dalam suatu kepastian. 
Namun jika seseorang memiliki agama tertentu dan merasakan kasih dari "allahnya", mengapa kita berusaha mempengaruhi agar seseorang berpindah ke agama lain yang pada akhirnya tidak jelas mau dibawa kemana hidup orang tersebut ( yang ada kesusahan saja ). Memang ada beberapa hamba Tuhan menekankan hidup dalam penderitaan bersama Yesus Tuhan, namun penulis melihat tidak ada dasar yang kuat untuk ke arah tersebut, dan itu bukan pemahaman penulis. 

Sebagai orang Kristen kita memberitakan Injil. Injil artinya kabar sukacita. Jadi jika dukacita, artinya Injil yang lain. Yesus sendiri memberitakan Injil, kita dapat melihat pada ayat berikut :

Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.....orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. ( Matius 11 : 1; 5 ).
 

Jadi dari ayat di atas terlihat sekali bahwa ada kelepasan / pembebasan dalam kesusahan hidup bersama Yesus. Jadi jika kehidupan kita sendiri sulit apa yang akan dikatakan tentang Yesus ...... "omong kosong".

Jadi dalam hal ini penulis lebih penekanan pada yang Mikro, sedangkan yang Makro akan menyusul. Sebab jika penekanan pada yang Makro maka keinginan seseorang untuk mati sangat besar supaya memperoleh kelepasan dari kehidupan di bumi ini yang penuh kesusahan. Bahkan karena penekanan Makro maka konsep pemikiran untuk bunuh diri atas nama agama lebih mudah dilakukan. Ya memang karena ketidak-mampuan tuhan / allah memelihara umatnya maka kematian suatu konsep yang bagus. Lalu bagaimana dengan " Yesus" ???? pembaca dapat menilainya dalam kehidupan sehari-harinya dan bagaimana hasil dari doa-doa saudara, apakah membuat anda sukacita atau muak dengan Yesus !?!?!?!?

Tidak ada komentar: