Senin, 05 Maret 2012

Apakah Perempuan tidak boleh di mimbar?


Kota Korintus dengan Gunung di belakangnya



Ada beberapa gereja yang melarang perempuan / wanita berdiri di depan mimbar untuk membawakan firman karena alasan tertentu, namun secara umum berpatokan pada ayat dibawah ini :

Korintus 14 : 34 - 35
34  Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.
35  Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat.  

Bahasan
Kitab Korintus ditulis pada tahun 55/ 56 masehi. Hal yang patut kita ketahui bahwa pada masa itu masyarakat yang ada memuja Dewi Aphrodite. Ada pun Dewi Aphrodite adalah dewi asmara. Menurut mitos yang ada bahwa Dewi Aphrodite memiliki wajah yang sangat cantik yang mana mampu menggoda dewa dan manusia. Juga  tawanya yang memikat mampu merayu dewa atau manusia manapun yang begitu ia dambakan.

Namun demikian penulis tidak mendapat alasan yang pasti mengapa penduduk Korintus sangat memuja Dewi Aphrodite. Perhatikan gambar kota Korintus di atas, kita lihat dengan jelas bahwa di belakang kota tersebut terdapat gunung Akrokorintus. Adapun gunung ini berpuncak datar dengan tinggi 625 meter. Gunung ini merupakan benteng yang kuat bagi kota Korintus namun di atas gunung ini juga didirikan sebuah kuil Dewi Aphrodite yang mana dilayani oleh seribu imam wanita yang bertugas melayani pemujaan dan penyembahan kepada Dewi Aphrodite. Namun cara memuja terhadap Dewi Aphrodite adalah ( maaf ) dengan melakukan hubungan sexual dengan para imam wanita. Coba anda bayangkan jika di sana ada seribu imam  wanita maka ramai sekali kuil itu dikunjungi dan hal ini tidak ada bedanya dengan pelacuran tapi berkedok agama. 

Bagaimana jika kondisi itu ada pada masa sekarang? Wah saya rasa lelaki hidung belang, mata keranjang, buaya darat  akan jadi rajin beribadah  nih! karena tidak usah disuruh-suruh beribadah akan rajin ibadah.... he..he. Juga ketemu istri tidak usah berkelit :  " ma, aku pulang agak terlambat ada rapat", tetapi langsung to the point : " ma, aku nanti pulang telat nih soalnya mau ke kuil berdoa dulu!.... ha..haa.....legal sih, jadi kapan lagi!.....ha..haa..

Selain itu pada masa rasul Paulus kedudukan wanita di kota Korintus dianggap rendah sehingga mereka tidak mendapat kesempatan yang sama seperti masa sekarang ( abab 21 ). Adapun keadaan wanita pada masa itu secara umum :
  1. Tidak berpendidikan atau pendidikan rendah.
  2. Menjadi budak. Namun ada juga budak yang berpendidikan namun sangat jarang.
  3. Jika bernasib baik mereka bisa diangkat menjadi istri /gundik sehingga mereka mendapat kehidupan yang layak.
 Lalu bagaimana keadaan wanita Yahudi di masa Taurat :
  1. Pada masa PL dan PB yang boleh memimpin ibadah di Bait Suci adalah seorang Imam yang adalah laki-laki. Namun demikian wanita dan anak-anak boleh ikut beribadah dan mendengar penjelasan hukum Taurat.
  2. Selain itu ibadah dilakukan juga setiap hari Sabat di Sinagoge ( gedung ibadah Yahudi ) di mana laki-laki dan wanita duduk terpisah, yang lelaki di depan sedang wanita di belakang atau emperan. Dan di Sinagoge ini juga hukum Taurat dibacakan dan diajarkan oleh seorang Imam ( laki-laki ).
  3. Para wanitanya tidak diperlakukan sebagai budak.
Setelah kita melihat uraian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa mengapa rasul Paulus tidak mengijinkan wanita-wanita di kota Korintus turut bicara dalam pertemuan jemaat :
  1. Mereka berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan pada umumnya sehingga pemahaman mereka tentang akan Injil menjadi dangkal dan cenderung dipengaruhi ajaran yang ada disekitarnya pada saat itu.
  2. Adanya kuil Dewi Aphrodite dikuatirkan turut sertanya "imam wanita" dari sana mengambil bagian dalam pelayan Injil yang berakibat tercampur-baurnya ajaran Injil dengan ajaran dari kuil dewi Aphrodite.
  3. Wanita Yahudi pada masa Taurat diajarkan hukum Taurat sejak kecil dan mereka memiliki pemahaman yang baik tentang Taurat namun tetap saja mereka tidak diijinkan bicara di mimbar lalu bagaimana mungkin dengan wanita-wanita di Korintus dengan latar belakang yang demikian buruk.
Kesimpulan

Jika kita perhatikan dari uraian di atas bahwa wanita tidak mendapat kesempatan yang sama dengan pria dalam banyak hal baik. Namun berbeda dengan sekarang dapat memperoleh kesempatan yang sama ( namun beberapa negara, wanita cenderung tidak mendapat hak / kesempatan yang sama ). Jadi dengan demikian dapat disimpulkan :
  • Wanita boleh membicarakan dan mengajarkan firman Tuhan asalkan mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang baik akan firman Tuhan.
  • Ada panggilan dari dalam hatinya untuk melayani Tuhan yang tentunya karena Tuhan bukan ambisi pribadi semata-mata. Tuhan Berkati.

Tidak ada komentar: